Rabu, 17 September 2014

batik lasem

Batik Lasem, Akulturasi Tionghoa dan Jawa

 Lasem adalah sebuah kecamatan yang terletak di pantai bagian utara Pulau Jawa, lebih tepatnya sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang.  Kota ini, terkenal dengan sebutan  Little Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan tua yang berada di kecamatan ini. Detail-detail pada bangunan-bangunan ini didominasi oleh detail  China. Selain terkenal dengan nama Little Tiongkok, Lasem ini juga identik dengan batiknya.




Batik Lasem ini dikenal karena keunikan dari motif dan coraknya. Pada batik Lasem ini, terdapat akulturasi antara Jawa dan China. Menurut sejarah, awal masuknya batik ke Lasem ini adalah dari seorang anak buah kapal Laksamana Cheng Ho yang bernama Bi Nang Un dengan isteri yang bernama Ibu Na Li Ni yang masuk di Lasem  pada tahun 1400-an. 

 

Jarak tempuh dari Jakarta - Rembang , 589km

Dengan pesawat turun Semarang lanjut dengan jalan darat +-/3 jam perjalanan.

 

 

Beliau menetap di Jolotundo, Bi Nang Un ini adalah ahli bertukang terutama dalam membuat  kerajinan dari tembaga dan ukiran. Sedangkan ibu Na Li Ni, menularkan seni penulisan di kain menjadi seni tulis batik. Dahulunya seni lukis batik ini sudah ada di Jawa, jauh sebelum kedatangan kedua tokoh ini, namun karena sifatnya yang tidak komersil maka batik belum terlalu dikenal

 


Batik di Lasem ini mulai besar setelah kedatangan saudagar minuman keras dari Tiongkok pada tahun 1600-an, Pengusaha dari Tiongkok ini adalah seorang ahli gambar dan ahli kaligrafi, dialah yang memberikan gambar-gambar motif China pada batik Lasem.


 

Batik Lasem merupakan batik pesisir. Hal ini dikarenakan secara geografis letaknya yang berada di pesisir. Pada zaman dahulu, kota yang berada di pesisir utara Pulau Jawa adalah kota-kota pelabuhan yang besar. Di kota-kota pelabuhan ini, akulturasi antara masyarakat pribumi dan para pedagang yang berasal dari negara-negara asing dengan mudahnya terjadi.

 Karena pedagang dari China yang mendominasi Lasem maka pengaruh budaya China bisa kita temui di Batik Lasem ini. Hal ini bisa dilihat dari motif-motif yang ada pada Batik Lasem tersebut, motif bambu, bunga seruni, bunga teratai, kelelawar (Bien Fu), Naga dan Burung Pheonix (Burung Hong) adalah beberapa motif batik yang ada.




Karena motif Tionghoa inilah, Batik Lasem berbeda dengan batik Forstenlanden. Fostenlanden adalah batik dengan  motif kerajaan. Seperti batik yang berasal dari Solo, Yogyakarta, Banyumas, dan Wonogiri, motif batik ini bersifat geometris. Pada zaman Belanda, Lasem merupakan salah satu dari lima besar daerah penghasil batik termasuk Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Banyumas. Bahkan pada zaman dahulu, batik dari Lasem ini merambah beberapa daerah di Indonesia, seperti Manado, Sumatera bahkan sampai ke Malaysia, Singapura, Brunei dan Suriname. Kepopuleran batik Lasem di Suriname ini di bawa oleh orang-orang dari Pulau Jawa yang dibawa oleh Belanda.

Selain pencampuran motif  dari China, di Lasem ini terdapat motif khas lainnya yaitu motif Latoan dan Batu Pecah/Kricak. Latoan adalah tanaman khas yang banyak terdapat di sekitar pantai yang dapat dimakan sebagai urap. Karena banyak terdapat  di Lasem, maka motif ini digunakan sebagai motif batik. Selain latoan, terdapat motif batu pecah.

 


 Motif ini memiliki nilai sejarah. Pada zaman dahulu, tepatnya ketika Gubernur Jenderal Belanda, Daendels membuat jalan dari Anyer sampai dengan Panarukan sepanjang 1000 km, para bupati diminta menyerahkan para pemuda sebagai pekerja paksa mereka.  Mereka berfungsi sebagai tenaga kerja pemecah batu, dan pada  zaman tersebut juga terjadi epidemik malaria dan influenza yang menyerang Rembang yang menimbulkan banyak kematian di Rembang dan Lasem.


 


 Dampak dari itu adalah kesedihan mendalam bagi masyarakat Lasem. Kesedihan ini ditampilkan dalam bentuk motif batu pecah. Namun, karena bagusnya motif ini maka daerah lain pun meniru motif tersebut.

 Warna khas dari Batik Lasem ini adalah warna merah darah (getih pitik) ayam, hijau botol bir dan warna biru tua. Selain itu, Batik Lasem ini jugsa dikenal dengan sebutan Batik Tiga Negeri. Sebutan ini didapatkan dari  proses pewarnaan batik. Terdapat tiga kali proses pewarnaan dalam pembuatan Batik Lasem ini.

 

 
Proses-proses itu adalah pewarnaan merah, lalu dimasukkan klorotan agar lilinnya hilang, dicampur dengan  tanah, lalu dimasukkan kedalam pewarna biru dan yang terakhir adalah warna coklat. Semua proses tersebut dilakukan dalam satu rumah. Secara istilah, Batik Tiga Negeri itu, warna merahnya dari Lasem, biru dari Pekalongan dan Coklat (Soga) berasal dari Solo.



Selain motif-motif tradisional di Lasem, sekarang berkambang motif baru pada Batik Lasem, motif ini dikembangkan oleh sesepuh masyarakat Tionghoa yang bernama Sigit Wicaksono yang  memiliki nama China, Nyo Tjen Hian. Beliau  seorang pengusaha Batik yang  bermerek Batik Sekar Kencana. Beliau sekarang berumur 84 tahun.

Beliau mengembangkan  motif  baru yang menggunakan huruf Thionghoa. Proses penciptaan motif ini adalah pada saat malam Tahun Baru China. Dalam perenungannya, beliau mendapatkan semacam ilham untuk  membuat motif yang baru dalam batik. Akhir dari proses perenungan ini lahirlah motif baru. Motif tersebut adalah berupa kata-kata mutiara dalam aksara China.

 

 

 

Filosofi yang  terkandung pada motif ini adalah empat penjuru samudera semuanya adalah sama, bakti anak terhadap orang tua, murid kepada guru, dan rakyat kepada pemerintah. Agar bisa  bergabung dengan  filosofi Jawa, Beliau menuliskan motif ini  ke dalam sebuah batik yang bermotifkan Sekar Jagat. Sekar jagat itu sendiri artinya adalah Bunga Dunia.

Selain itu beliau juga menciptakan motif dengan tulisan Tinghoa yaitu hek sia ping an wang se ru i, yang artinya adalah “Seisi rumah sentosa segala macam usaha sesusai dengan apa yang dikehendaki”.  Ada beberapa motif batik yang bertuliskan filosofi Tionghoa yang beliau ciptakan.



Batik Lasem dapat dikatakan sebagai bukti akulturasi antara masyarakat China dan pribumi. Proses ini sudah  berlangsung ratusan tahun dan karena akulturasi inilah maka Batik Lasem menjadi populer, unik dan banyak diminati.

sumber:www.citylinkstory.com/lasem

Batik Lasem dalam busana dan aksesoris:




































Batik lasem terus akan bertahan dan bersemi karena kita mencintai karya leluhur berupa batik.Sejarah panjangnya menorehkan keragaman suku dan budaya yang  hidup bersanding dalam damai.Melalui batik mereka berasimilasi dengan rakyat,menyatu dan menciptakan ragam corak dan warna yang sampai saat ini masih kita dapat nikmati

Terimakasih untuk para narasumber yang sudah berbagi yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu hanya kata melestarikan budaya bangsa yang berharga yaitu batik. Bersama melanjutkan dan melestarikan tradisi leluhur bernilai tinggi.

Sampai berjumpa di blog lainnya dan tentunya masih di batik cantik batik warisan bangsa.

Salam hangat,

Dave Tjoa


KUNJUNGI BLOG BERJUALAN BATIK LAWAS KAMI DI:  
                      batikantikbatiklawas.blogspot.com

batik madura

Sejarah batik Madura


 

Sejarah batik Madura telah ada sejak zaman kerajaan. Kain batik Madura mulai dikenal masyarakat luas pada sekitar abad ke-XVI. Tokoh penting yang memperkenalkan kain batik ke Madura adalah Adipati Sumenep, Arya Wiraraja, yang merupakan teman dekat Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit.

 


Motif batik madura cenderung dipengaruhi oleh budaya asing dari Tiongkok, dengan ciri khasnya warna cerah yang terdapat     pada setiap corak maupun motif dari batik Madura dan terdapat banyaknya garis yang terpampang dalam satu desainnya .Setiap desain motif memiliki arti dan cerita masing -masing yang menggambarkan keseharian rakyat Madura.


 

Ragam batiknya banyak diambil dari motif tumbuhan, binatang serta kombinasi motif sesuai selera pengrajinnya. Untuk ciri khas batik Madura daerah pesisiran dengan ciri khas warna dan motif yang berani (pengaruh budaya luar, dan cendurung masyaraktnya yang terbuka. red), sedangkan ciri khas batik Madura pedalaman cenderung berciri khas dengan corak klasik dan dengan warna yang redup (soft).
 



Motif batik Madura memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain. Ciri khas batik madura yang sangat mudah dikenali adalah adanya warna merah pada motif bunga, tangkai atau daun. 

 

Beberapa kalangan menilai, ada kesamaan motif kain batik Madura dengan batik Jogjakarta. Adanya kesamaan motif batik Madura dan Jogjakarta karena ada hubungan keluarga antara raja-raja Mataram dengan para pembesar kerajaan di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah bawaan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.



 

Jarak tempuh Jakarta-Madura dengan mobil: 922 km
Jarak tempuh dengan pesawat terbang: 1jam 30mnit

Sebagai bentuk seni budaya, batik tulis Madura banyak diminati dan populer dengan konsumen baik lokal dan internasional. Motif batik tulis Madura memiliki keunikan sendiri untuk konsumen serta warna-warna yang terkesan berani. Gaya dan berbagai motif unik dan bebas. 

 


 



Kebanyakan orang mengenal batik tulis Madura dengan karakter yang kuat, yang dicirikan oleh bebas, dengan warna yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi jarang yang mengetahui bahwa batik Madura mungkin telah lebih dari seribu motif dan paling terkemuka di pasar batik di indonesia maupun mancanegara.

Sejarah mencatat produsen batik Madura yang cukup terkenal. Apa yang membuatnya menjadi seperti itu, mungkin karena kedua komoditas tersebut merupakan bagian integral dari tradisi masyarakat mereka sendiri.






Di Pulau Madura sendiri sudah sejak lama dikenal sejumlah sentra kerajinan batik. Misalnya di Kabupaten Pamekasan, sejak zaman dulu banyak perajin dan pengusaha batik bermukin dan mengembangkan usaha batiknya di wilayah tersebut. Sampai saat ini Kabupaten Pamekasan dikenal sebagai salah satu sentra industri kerajinan Batik di Pulau Madura. Karena, dibandingkan dengan kabupaten-kabupten lain di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan inilah yang paling banyak dihuni para perajin dan pengusaha batik.




















Tradisi mengenai kain batik yang tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan baik di kalangan mereka. Bahkan ketika kain batik belum sepopuler seperti dewasa ini, masyarakat Madura tetap memproduksi dan mengenakan pakaian batik, karena batik merupakan bagian dari adat dan budaya mereka sehari-hari.

Kini ketika kain batik sudah begitu populer dan memasyarakat, para perajin dan pengusaha batik di Pulau Madura semakin bergairah dalam memprodusi kain batik.

 

Adapun sentra-sentra batik Madura antara lain sentra batik tulis Tanjung Bumi di Bangkalan, sentra batik tulis Banyumas Klampar, Pamekasan, dan sentra batik tulis Pekandangan Sumenep, sifat pribadi produksinya dilakukan di unit

Kebanyakan sentra batik madura merupakan usaha kecil menengah yang dikerjakan di rumah-rumah. Kegiatan membatik merupakan kegiatan mengisi waktu luang bagi ibu-ibu di sana. Pengusaha batik Madura masih mempertahankan produksi tradisional, yang ditulis dan diolah dengan cara tradisional.


Batik gentong Madura


Seperti halnya batik pesisir,batik Madura  memiliki warna khas biru,dan warna-warna berani seperti merah ,hijau dan ungu.Motif batiknya terinspirasi dari laut,seperti kapal laut misalnya.

Batik gentong banyak terdapat di daerah Bangkalan,Tanjung Bumi,Madura.

 


Proses pembuatan batik gentong adalah sebagai berikut :

Langkah awal adalah menyiapkan kain yang akan dibatik.Kain ini kemudian diberi minyak khusus yang dibuat dari buah camplong bernama minyak dempel.Caranya adalah dengan mencelup kain dalam minyak dan menjemurnya tiga kali sehari selama dua minggu. 
Tujuannya adalah agar gerakan pengrajin batik melukis diatas kain mejadi lebih halus dan serat kain menjadi lebih rapat.Setelah itu,barulah dilakukan proses menggambar motif awal batik diatas kain.

Untuk proses perendaman warna,dilakukan dengan merendam kain pada gentong yang ditempatkan di suatu ruang yang kedap cahaya. Gentong dipakai untuk merendam kain batik berbahan pewarna alami, seperti kulit mengkudu, buah jelawe, kulit pohon jati, kayu jambal, tawas, dan jirek.



Pengrajin batik akan mencelup-celupkan kain batik dalam gentong,mendiamkannya selama 24 jam,lalu mengulang mencelup-celupkannya lagi.Hal ini dilakukan selama enam bulan sampai satu tahun.Hal inilah yang menyebabkan harga kain batik Gentongan mencapai dua hingga lima juta rupiah perpotongnya.Dibutuhkan dedikasi yang tinggi untuk membuatnya.
Ada yang menarik sekali dari batik Gentongan yang tidak terdapat pada kain batik dari daerah manapun juga,yaitu bahwa jenis batik ini dilukis pada kedua sisi kain,bagian sisi luar dan dalam.Tehnik pewarnaannya dengan menggunakan malam sengaja dibuat tidak menutup sempurna sehingga membentuk retakan-retakan alami yang indah.






















Motif dan corak batik Madura



































































Batik Madura dalam balutan busana dan aksesoris












































Cantik bukan...batik Madura yang tampil dengan warna beraneka ragam memaparkan keindahannya melalui tangan terampil pembatik handal.

Kagum akan budaya bangsa adalah ciri dari kecintaan kita akan bangsa dan negara.

Terimakasih untuk para narasumber yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu,selain hanya mari bersama kita lestarikan batik sebagai budaya bangsa yang bernilai tinggi.

Sampai bertemu di blog lainnya dan tentunya masih di batik cantik warisan bangsa.

Salam hangat,

Dave Tjoa

KUNJUNGI BLOG BERJUALAN BATIK LAWAS KAMI DI: batikantikbatiklawas.blogspot.com