Jika kita membicarakan batik tentunya tidak akan ada habisnya...mengapa...karena sejarah panjangnya sejak kerajaan Jawa masa silam,teknik pembuatannya dari bahan pewarna alam sampai kimia,belum lagi pola dan ragam hias yang dalam perjalan waktu bercampur aduk dengan budaya asing
Ya... itulah batik yang menjadi ciri khas dari bangsa ini,peleburan dari suku dan sejarah (melting pot culture).Saya berpendapat batik atau kain nasional kita lainnya adalah citra dan cerminan bangsa yang mempunyai nilai ,rasa dan karsa seni yang tinggi.Bangsa yang tekun dan handal dalam menciptakan karya.
batik jawa hokokai pagi/sore 1942-1945
batik jawa hokokai replika tetap dengan tumpal dan sushomoyo
batik jawa hokokai replika tetap dengan tumpal dan sushomoyo
Sepanjang wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke kain tradisional banyak berperan dalam kehidupan rakyat Indonesia.Kain selalu menemani pada saat momentum besar seperti penyambutan tamu,acara kebesaran,kelahiran,pernikahan dan kematian.
Saya ingin membagikan sedikit arti dan makna dari kain batik kepada anda tentunya secara ringan dan lugas,jadi setidaknya kita mengetahui sedikit warisan yang diturunkan oleh leluhur kita.
1. Bunga
Bunga dikaitkan dengan kebahagiaan,keceriaan,kecantikan,kelembutan dan kemurnian.Pada kain batik biasanya berbagai bunga dirangkai menjadi satu seperti buket bunga.Maka dari itu jenis ini sering disebut kain buketan,khususnya pekalongan di masa lampau (biasanya kain sarung atau kain panjang pagi/sore)
motif buketan pada kain 3 negri tjoa solo
buketan bunga divariasi dengan motif sidamukti,kain 3 negri tjoa solo
contoh gambar burung hong:
walet,burung gereja/gelatik beberapa burung kategori kecil diartikan sukacita,gembira dan bahagia yang datang/menandakan musim semi telah tiba.
Pada posisi burung tersebut menukik menandakan datangnya kebahagiaan
bango significant dengan umur panjang,kekayaan dan bijaksana dalam mitos Tionghoa.Ini pun bisa anda lihat apabila anda mengunjungi istana kota terlarang/forbiden city,tian an men square di Beijing,anda bsa melihat figur bangau berada di depan beberapa serambi dari istana dan area tempat duduk raja. Bangau juga di pakai pada masa duka karena bangau dianggap sebagai kendaraan bagi sang arwah menuju nirwana sama halnya dengan lembu pada agama Hindu.
Batik dengan motif wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang sering dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya yang mendalam. Kita dapat mengenali motif ini dengan mudah dari kekhususan polanya. Lihat saja pada pola motif utamanya. Pola mahkota terbang tampak lebih menonjol dengan tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam mahkota biasa diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, ada yang membubuhkan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik lebih dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasi motif bunga-bunga yang bersebaran atau truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini sebagai variasi dari motif utama wahyu tumurun.
Batik Motif Wahyu Tumurun
Batik motif wahyu tumurun telah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah Jogjakarta, kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di masing-masing daerah inilah motif wahyu tumurun mengalami perkembangan variasi motif. Di Jogjakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung merak dianggap sebagai simbol lokal Jogjakarta yang menunjukkan asal motif batik. Sedangkan di Solo memvariasikan motif burung merak dengan burung phoenix, burung phoenix bukanlah burung lokal. Penggantian burung merak dengan burung phoenix ini dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.
Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan kemuliaan. Filosofinya menggambarkan pengharapan agar para pemakainya mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita, kedudukan ataupun pangkat. Sedangkan dalam hal khusus seperti pernikahan, motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir batin dalam kehidupan berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selama-lamanya. Dalamnya makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat motif wahyu tumurun dipilih sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.
Dahulu, untuk persiapan pembuatan pola atau motif batik harus melalui proses yang terbilang berat. Para pembuat pola batik rela berpuasa 40 hari 40 malam sebelum memulai menyusun pola batik. Hal inilah yang membuat batik klasik memiliki makna filosofis dan historis yang mendalam. Setiap pola yang tercipta, garis dan titik yang membentuk motif batik berisikan doa dan pengharapan tersendiri pada Illahi.
Terdapat juga batik motif wahyu tumurun yang berasal dari derah Putra Mangkunegaran. Jenis batik ini merupakan batik kraton. Batik ini biasa dipakai oleh mempelai pengantin pada waktu panggih. Wahyu berarti anugerah, tumurun berarti turun, dengan menggunakan kain ini kedua pengantin mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukdari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Batik motif Semen Rante merupakan varian dari batik motif Semen. Motif ini melambangkan ikatan cinta yang terus tumbuh bersemi. Sehingga kain batik ini digunakan mempelai wanita saat upacara diresmikannya ikatan kedua mempelai untuk selanjutnya menuju ke pelaminan.
Semen adalah suku kata bahasa Jawa yang artinya bersemi. Batik motif Semen selalu ada ornamen yang menggambarkan tumbuhan atau tanaman (flora). Motif Semen umumnya terdiri unsur utama dan unsur penyusun menjadi kesatuan yang melambangkan maksud tertentu.
Sedang Rante berarti Rantai yang berfungsi melambangkan ikatan. Sebagai unsur penyusun yang menyatu dengan unsur utama, Rante dalam motif Semen Rante membawa arti terjadinya ikatan yang tumbuh bersemi dalam cinta ke dua mempelai.
Motif Semen merupakan motif batik non geometris. Meski tergolong dalam jenis motif bebas, namun dalam tetap memiliki keteraturan pada setiap jarak dan ruang tertentu dalam motif ini. Motif Semen memiliki banyak varian salah satunya adalah seperti dibawah ini:
4.Sri Katon
batik ini mempunyai makna khusus untuk si pemakai yaitu memanjatkan doa/mengharapkan yang diinginkannya terkabul kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk diberikan berkah dan kelimpahan (kekayaan dan kesehatan).
5.Ratu Ratih
Ratu ratih merupakan batik dengan simbolic seorang istri yang penuh dengan keyakinan yang besar.Keyakinan disini yang dimaksud adalah dalam mnuju jenjang rumah tangga.Berdasarkan sejarahnya si pengantin perempuan yang menggunakan batik ini diharapkan mempunyai tujuan yang baik,harapan dan arahan yang kuat dalam mengarungi rumah tangga nya yang baru.
6.Satrio Manah
batik ini mempunyai makna bahwa si pemakai sedang mengarahkan tujuannya kepada yang diinginkan-nya.Bisa dalam bentuk usaha mnkin,wanita yang dicintainya atau apapun yang sedang dipikirkannya untuk diraihnya.Terkesan seperti seorang prajurit ya memang seprti itulah makna dibalik batik ini,yaitu seorang ksatria yang sedang mengarahkan mata panahnya kepada target yang dituju.
Mungkin di antara kita sudah banyak yang tahu bahwa salah satu motif klasik batik yang terkenal adalah motif parang. Parang berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.
Motif batik parang pada dasarnya tergolong sederhana, yaitu berupa susunan
lilitan leter S yang jalin-menjalin membentuk garis diagonal dengan kemiringan
45 derajat. Susunan motif leter S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan
kesinambungan.
Motif parang sesungguhnya merupakan deformasi dari beberapa bentuk.
Pertama bentuk ombak laut yang susul-menyusul mengandung makna bahwa dalam dunia ini tidak ada yang mulus. Banyak cobaan hidup yang akan dialami. Bila dihadapi dengan sabar dan bijak akan melahirkan ketegaran.
Kedua adalah pusaran ombak yang distilasi menjadi bentuk intan yang dalam istilah batik disebut mlinjon. Bentuk ini bermakna bahwa perjuangan seorang pemimpin ibarat berjuang di dalam pusaran air, bila berhasil ibarat menemukan permata.
Jika diperhatikan lebih seksama lagi, detail di dalam motif batik parang ini juga merupakan deformasi dari bentuk burung rajawali yang merupakan simbol kegagahan, kejantanan atau kaprawiran. Arti dari masing-masing detail tersebut adalah sebagai berikut :
- Kepala burung mengandung makna kecerdasan.
- Paruh merupakan manifestasi dari isi mulut dilukiskan sebagai lidah api. Bentuk ini disebut uceng. Hal ini mengandung makna bahwa lidah seorang pemimpin ibarat api yang ucapannya dapat membakar orang banyak.
- Tuding mengandung makna bahwa tudingan seorang pemimpin akan menentukan nasib seseorang atau masyarakat.
- Badan bermakna kekuatan fisik yang diperlukan oleh seorang pemimpin.
- Sayap mengandung makna kemampuan beraktifitas dan mobilitas sangat diperlukan oleh seorang pemimpin.
Masing-masing bentuk tersebut dibingkai oleh garis sawut yang diwarnai coklat soga yang bermakna spirit.
Sehingga kain batik motif parang ini diharapkan bisa memberikan aura yang mengingatkan kepada pemakainya untuk senantiasa mampu menjadi orang yang gagah perwira bagaikan burung rajawali. Sabar dan bijak serta tegar bagaikan karang dalam menghadapai cobaan yang susul menyusul tidak pernah berhenti seperti ombak samudra menghantam karang. Serta berhasil meraih cita-cita dengan konsekuensi harus berjuang walau menembus rintangan yang bagaikan pusaran air sekalipun.
8.Pisang Bali
sesuai dengan namanya pisan :pertama dan bali:kembali,batik ini sangat favorit dikalangan pedagang dan saudagaran di masa lalu.Batik ini mengandung arti pengharapan dari si pembeli/klien mereka setelah pertemuan pertama akan membuahkan hasil yang baik,usaha berjalan atau mereka kembali mengunjungi si pengusaha untuk berdagang bersama.
13.Wirasat Buntel
Pada motif ini makna yang terkandung sama dengan motif wirasat pada khususnya.Pada wirasat buntel terdapat motif truntum,cakar,sidomukti dan sidoluhur.Batik ini pun umum dipakai pada saat acara pernikahan karena bermakna kehidupan yang lebih baik secara kedudukan/strata,terus mengharapkan peningkatan dalam rejeki/kekayaan dan berkah melimpah
17.Truntum
Menurut sejarah, batik motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III dari Surakarta Hadiningrat) bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum).
Bisa dikatakan, jika motif truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.
Batik Motif Truntum
Cerita lain menyebutkan, proses penciptaan motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, anak dari seorang abdi dalem bernama Mbok Wirareja. Kanjeng Ratu Beruk atau Kanjeng Ratu Kencana ini adalah isteri dari Paku Buwono III (bertahta dari 1749–1788 M) tetapi berstatus garwa ampil (selir), bukan permaisuri kerajaan. Persoalan status ini menjadikan Kanjeng Ratu Beruk selalu gundah. Ia mendamba jadi permaisuri kerajaan, sebuah status yang begitu dihormati dan dipuja orang sejagad keraton. Tetapi lebih dari semua itu, Kanjeng Ratu Beruk ingin selalu berada di samping sang raja agar malam-malam sunyi tidak ia lewati sendirian.
Pada suatu malam, perhatian Kanjeng Ratu Beruk tertuju pada indahnya bunga tanjung yang jatuh berguguran di halaman keraton yang berpasir pantai. Seketika itu juga ia mencanting motif truntum dengan latar ireng (hitam). Hal tersebut merupakan refleksi dari sebuah harapan. Walaupun langit malam tiada bulan, masih ada bintang sebagai penerang. Selalu ada kemudahan di setiap kesulitan, sekecil apa pun kesempatan, ia tetap bernama kesempatan.
Batik Motif Truntum
Motifnya sederhana seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil, sepeti kuntum bunga melati, atau seperti bintang yang bertaburan di langit. Batik motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Terkandung makna “ing ngarsa sung tuladha”, orang tua sudah lulus dari ujian cinta kasih, hingga layak dan wajib menuntun kedua mempelai memasuki kehidupan baru. Orang tua mempelai berharap agar cinta kasih yang tumaruntum tersebut akan tumurun kepada mempelai kebanggaannya, perwujudan sikap “tut wuri handayani”. Sebuah rangkaian keteladanan dan doa pengharapan tersimbulkan melalui motif truntum.
Batik Motif Truntum
Motif truntum juga mengandung makna tumbuh dan berkembang. Demikianlah, orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yang akan dapat menggantikan generasi sebelumnya. Generasi baru itulah yang akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yang baru menikah untuk meneruskan segala harapan dan cita-cita keluarga sekaligus sebagai generasi penerus secara biologis yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru.
Batik Motif Truntum
18.Parang Kesuma
Motif Batik Parang Kusuma, bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma).Bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup yang sempurna lahir batin.
Mereka akan rnengusahakan banyak hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Di zaman yang serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik
21.Semen Rama
Selain makna tersebut motif Semen Rama (dibaca Semen Romo) sendiri seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Hastha Brata atau ajaran keutamaanmelalui delapan jalan.Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Jadi “Semen Romo” mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin rakyat.
26.Sido Dadi
Sido Dadi motif batik ini melambangkan : kehendak si pemakai akan terjadi. Misalnya ingin kehidupan yang sejahtera; ingin punya kedudukan tinggi dikantor; ingin kaya dan dihormati orang dan sebagainya.
27.Sido Rukun
28.Sido Drajat
Batik sido drajad dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga memiliki nilai pendidikan tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofi, pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral di dalam masyarakat.
Ketika beranjak remaja, seseorang tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit, semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit, semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat.
Bagi orang dewasa, pemakaian batik memiliki pakem yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan di sebelah kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh melanggar kehendak suami
Mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit. Tentu usaha keras dan gesit itu tanpa harus meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bukan sebaliknya usaha keras dan gesit dengan cara kotor, pasti akan sangat dihindari. Sebab dampak yang ditimbulkan akan sangat berat dan yang jelas pasti akan menjadi bumerang bagi diri-sendiri. Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa membangun keluarga inti yang sejahtera lahir dan batin.
30.Ceplok
Motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung.
Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisyaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna. Motif Kawung ini biasanya digunakan oleh kerabat kerajaan.
32.Sekar Jagad
Motif batik Sekar Jagad lebih kompleks dan berwarna-warni. Batik ini cocok digunakan oleh wanita yang menyukai fashion dan sentuhan colourful dalam baju yang digunakannya. Motif dasar dari batik Sekar Jagad adalah ornamen motif ini berupa aneka bunga dan tanaman yang tumbuh di seluruh dunia, tersusun di dalam bentuk-bentuk elips.
Seperti warna warninya yang ceria, batik ini memiliki filosofi kebahagiaan dan kegembiraan. Bila Anda akan melangsungkan acara syukuran atau akan diwisuda, batik motif Sekar Jagad cocok dipakai untuk mengekspresikan kebahagiaan Anda.
Begitu banyak motif batik Jawa pada khususnya dan motif batik nusantara pada umumnya.Bisa dilihat hanya beberapa saja yang dapat saya sajikan dan masih banyak rentetan lainnya.
Batik mempunyai banyak arti dan tidak hanya berhenti di satu pola atau disain tetapi melebar dan meluas sesuai dengan kultur dan budaya yang berjalan di masyarakat setempat.
Strata pun dapat dilihat dari uraian pola dimana pola tertentu hanya dapat dipakai oleh kaum bangsawan,saudagar atau rakyat pada umumnya.
Tidak kah kita bangga akan budaya yang tersirat dalam selembar kain batik.Batik yang sudah ratusan tahun bertahan dan berevolusi,akan lebih terjaga keutuhan makna dan arti nya apabila kita mau melestarikannya.
Sampai disini pemaparan batik arti dan makna,nantikan kembali pada blog selanjutnya yang akan membahas mengenai batik 3 negri Tjoa,Solo,Jawa Tengah.
Terima kasih telah mengunjungi blog ini,semoga bermanfaat
Selain Pekalongan dan daerah pesisir jawa,sebagian jawa tengah seperti Solo juga menggunakan pola buketan bunga seperti contoh kain 3 negri diatas.
Bunga buketan lebih di pengaruhi oleh pembatik keturunan Belanda dan Tionghoa.Tidak selalu bentuk bunga itu dalam rangkaian buket,contoh lain adalah bunga rambat/tebar tabur.
2.Hewan
Hewan pada batik disebut alas-alasan ,mungkin berasal dari kata Jawa alas = hutan.Jadi batik tersebut menceriterakan kehidupan hewan di hutan.
batik alas-alasan
batik alas-alasan
Tapi hewan yang pada umumnya banyak sekali digunakan /dijumpai dalam batik adalah unggas, seperti burung,ayam atau angsa.
Pada batik pesisiran peranakan Tionghoa burung yang sering digunakan adalah bururng hong (phoenix) yang melambangkan keanggunan,kecantikan,wibawa wanita dan lembut.Biasanya bisa dilihat dari buntutnya yang meliuk-liuk dan kepala dengan berbagai pose.Burung ini pun melambangkan ratu dari segala unggas dalam mitos cerita Tiongkok dan menjadi lambang pengantin perempuan yang menemani sang naga yaitu pria dalam tradisi perniakahan Tionghoa.
contoh gambar burung hong:
Selain phoenix,burung bango,merak dan ayam menjadi pilihan pembatik pesisir jawa, pada khususnya kalau dilihat dari motif batiknya burung yang dilukiskan hanya 1 jenis sja disertai dengan hiasan bunga,pohon dan lainnya.
Selain batik pesisir,batik 3 negri Solo buatan keluarga Tjo sangat kreatif menggunakan berbagai jenis unggas dan tidak hanya 1 macam saja.Sehingga tercipalah alas-alasan hewan unggas beragam
dalam 1 kain terdapat bermacam burung dan unggas yang digunakan seperti walet,angsa,walet bebek,itik,elang,jalak,merak,nuri,bango dan phoenix.Beberapa burung mempunyai arti seperti:
walet,burung gereja/gelatik beberapa burung kategori kecil diartikan sukacita,gembira dan bahagia yang datang/menandakan musim semi telah tiba.
Pada posisi burung tersebut menukik menandakan datangnya kebahagiaan
apabila pada
posisi nengadah keatas biasanya pada masa duka.
bango significant dengan umur panjang,kekayaan dan bijaksana dalam mitos Tionghoa.Ini pun bisa anda lihat apabila anda mengunjungi istana kota terlarang/forbiden city,tian an men square di Beijing,anda bsa melihat figur bangau berada di depan beberapa serambi dari istana dan area tempat duduk raja. Bangau juga di pakai pada masa duka karena bangau dianggap sebagai kendaraan bagi sang arwah menuju nirwana sama halnya dengan lembu pada agama Hindu.
Selain unggas masih terdapat bberapa binatang lain seperti kijang,ikan,hewan laut seperti udang,kepiting,harimau,kelinci,kancil,kerbau
contoh diatas adalah segelintir dari arti dan makna yang ditorehkan pada sebidang kain.Pengerjaan yang sangat detail adalah keahlian mereka pada zaman itu.Kreativitas yang luas dan warna yang beragam menjadikan batik-batik tersebut indah dan menakjubkan.
Selain batik peranakan pesisiran dan solo 3 negri masih terdapat banyak jenis batik dari kegunaan dan makna yang terkandung di dalamnya.Pada khususnya kain batik Jawa Tengah mempunyai makna dan arti yang begitu dalam.
Karena itu kain-kain tersebut digunakan pada khusus pada acara resmi atau dalam rangka menunaikan keinginan dari si pemakai.
1.Batik wahyu temurun
Batik dengan motif wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang sering dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya yang mendalam. Kita dapat mengenali motif ini dengan mudah dari kekhususan polanya. Lihat saja pada pola motif utamanya. Pola mahkota terbang tampak lebih menonjol dengan tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam mahkota biasa diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, ada yang membubuhkan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik lebih dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasi motif bunga-bunga yang bersebaran atau truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini sebagai variasi dari motif utama wahyu tumurun.
Batik Motif Wahyu Tumurun
Batik motif wahyu tumurun telah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah Jogjakarta, kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di masing-masing daerah inilah motif wahyu tumurun mengalami perkembangan variasi motif. Di Jogjakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung merak dianggap sebagai simbol lokal Jogjakarta yang menunjukkan asal motif batik. Sedangkan di Solo memvariasikan motif burung merak dengan burung phoenix, burung phoenix bukanlah burung lokal. Penggantian burung merak dengan burung phoenix ini dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.
Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan kemuliaan. Filosofinya menggambarkan pengharapan agar para pemakainya mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita, kedudukan ataupun pangkat. Sedangkan dalam hal khusus seperti pernikahan, motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir batin dalam kehidupan berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selama-lamanya. Dalamnya makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat motif wahyu tumurun dipilih sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.
Dahulu, untuk persiapan pembuatan pola atau motif batik harus melalui proses yang terbilang berat. Para pembuat pola batik rela berpuasa 40 hari 40 malam sebelum memulai menyusun pola batik. Hal inilah yang membuat batik klasik memiliki makna filosofis dan historis yang mendalam. Setiap pola yang tercipta, garis dan titik yang membentuk motif batik berisikan doa dan pengharapan tersendiri pada Illahi.
Terdapat juga batik motif wahyu tumurun yang berasal dari derah Putra Mangkunegaran. Jenis batik ini merupakan batik kraton. Batik ini biasa dipakai oleh mempelai pengantin pada waktu panggih. Wahyu berarti anugerah, tumurun berarti turun, dengan menggunakan kain ini kedua pengantin mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukdari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Saat menjahit, haruslah diperhatikan kedudukan motifnya, jangan sampai
bentuk mahkota atau ayam/burungnya dalam posisi terbalik. Apabila
dikenakan terbalik tentunya maknanya akan hilang. Sering terjadi posisi
mahkotanya dipasang berdiri seperti kuda laut, ini sangat tidak tepat.
3.Semen Rante
Batik motif Semen Rante merupakan varian dari batik motif Semen. Motif ini melambangkan ikatan cinta yang terus tumbuh bersemi. Sehingga kain batik ini digunakan mempelai wanita saat upacara diresmikannya ikatan kedua mempelai untuk selanjutnya menuju ke pelaminan.
Semen adalah suku kata bahasa Jawa yang artinya bersemi. Batik motif Semen selalu ada ornamen yang menggambarkan tumbuhan atau tanaman (flora). Motif Semen umumnya terdiri unsur utama dan unsur penyusun menjadi kesatuan yang melambangkan maksud tertentu.
Sedang Rante berarti Rantai yang berfungsi melambangkan ikatan. Sebagai unsur penyusun yang menyatu dengan unsur utama, Rante dalam motif Semen Rante membawa arti terjadinya ikatan yang tumbuh bersemi dalam cinta ke dua mempelai.
Motif Semen merupakan motif batik non geometris. Meski tergolong dalam jenis motif bebas, namun dalam tetap memiliki keteraturan pada setiap jarak dan ruang tertentu dalam motif ini. Motif Semen memiliki banyak varian salah satunya adalah seperti dibawah ini:
4.Sri Katon
batik ini mempunyai makna khusus untuk si pemakai yaitu memanjatkan doa/mengharapkan yang diinginkannya terkabul kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk diberikan berkah dan kelimpahan (kekayaan dan kesehatan).
5.Ratu Ratih
Ratu ratih merupakan batik dengan simbolic seorang istri yang penuh dengan keyakinan yang besar.Keyakinan disini yang dimaksud adalah dalam mnuju jenjang rumah tangga.Berdasarkan sejarahnya si pengantin perempuan yang menggunakan batik ini diharapkan mempunyai tujuan yang baik,harapan dan arahan yang kuat dalam mengarungi rumah tangga nya yang baru.
6.Satrio Manah
batik ini mempunyai makna bahwa si pemakai sedang mengarahkan tujuannya kepada yang diinginkan-nya.Bisa dalam bentuk usaha mnkin,wanita yang dicintainya atau apapun yang sedang dipikirkannya untuk diraihnya.Terkesan seperti seorang prajurit ya memang seprti itulah makna dibalik batik ini,yaitu seorang ksatria yang sedang mengarahkan mata panahnya kepada target yang dituju.
7.Parang Rusak
Mungkin di antara kita sudah banyak yang tahu bahwa salah satu motif klasik batik yang terkenal adalah motif parang. Parang berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.
Motif parang sesungguhnya merupakan deformasi dari beberapa bentuk.
Pertama bentuk ombak laut yang susul-menyusul mengandung makna bahwa dalam dunia ini tidak ada yang mulus. Banyak cobaan hidup yang akan dialami. Bila dihadapi dengan sabar dan bijak akan melahirkan ketegaran.
Kedua adalah pusaran ombak yang distilasi menjadi bentuk intan yang dalam istilah batik disebut mlinjon. Bentuk ini bermakna bahwa perjuangan seorang pemimpin ibarat berjuang di dalam pusaran air, bila berhasil ibarat menemukan permata.
Jika diperhatikan lebih seksama lagi, detail di dalam motif batik parang ini juga merupakan deformasi dari bentuk burung rajawali yang merupakan simbol kegagahan, kejantanan atau kaprawiran. Arti dari masing-masing detail tersebut adalah sebagai berikut :
- Kepala burung mengandung makna kecerdasan.
- Paruh merupakan manifestasi dari isi mulut dilukiskan sebagai lidah api. Bentuk ini disebut uceng. Hal ini mengandung makna bahwa lidah seorang pemimpin ibarat api yang ucapannya dapat membakar orang banyak.
- Tuding mengandung makna bahwa tudingan seorang pemimpin akan menentukan nasib seseorang atau masyarakat.
- Badan bermakna kekuatan fisik yang diperlukan oleh seorang pemimpin.
- Sayap mengandung makna kemampuan beraktifitas dan mobilitas sangat diperlukan oleh seorang pemimpin.
Masing-masing bentuk tersebut dibingkai oleh garis sawut yang diwarnai coklat soga yang bermakna spirit.
Sehingga kain batik motif parang ini diharapkan bisa memberikan aura yang mengingatkan kepada pemakainya untuk senantiasa mampu menjadi orang yang gagah perwira bagaikan burung rajawali. Sabar dan bijak serta tegar bagaikan karang dalam menghadapai cobaan yang susul menyusul tidak pernah berhenti seperti ombak samudra menghantam karang. Serta berhasil meraih cita-cita dengan konsekuensi harus berjuang walau menembus rintangan yang bagaikan pusaran air sekalipun.
8.Pisang Bali
sesuai dengan namanya pisan :pertama dan bali:kembali,batik ini sangat favorit dikalangan pedagang dan saudagaran di masa lalu.Batik ini mengandung arti pengharapan dari si pembeli/klien mereka setelah pertemuan pertama akan membuahkan hasil yang baik,usaha berjalan atau mereka kembali mengunjungi si pengusaha untuk berdagang bersama.
9.Gajah Birowo
Motif gajah birowo adalah gajah yang sangat besar yang melambangkan sumber kekuatan. Batik motif gajah birowo dipercaya merupakan sumber kekuatan bagi mereka yang membutuhkannya. Motif gajah birowo melambangkan kepemimpinan, yang biasa dipakai dalam upacara kebesaran oleh para bupati di Mangkunegaran. Batik gajah birowo ini dapat anda gunakan sebagai lambang kebesaran di acara-acara tertentu.
Motif gajah birowo adalah gajah yang sangat besar yang melambangkan sumber kekuatan. Batik motif gajah birowo dipercaya merupakan sumber kekuatan bagi mereka yang membutuhkannya. Motif gajah birowo melambangkan kepemimpinan, yang biasa dipakai dalam upacara kebesaran oleh para bupati di Mangkunegaran. Batik gajah birowo ini dapat anda gunakan sebagai lambang kebesaran di acara-acara tertentu.
10.Tambal
Motif batik tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.
Motif batik tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.
11.Udan Liris
Udan liris berarti hujan gerimis, merupakan simbol kesuburan.
Batik motif udan liris ini juga diartikan hujan gerimis atau hujan rintik-rintik, merupakan simbol kesuburan, kesejahteraan, dan rahmat dari Tuhan. Untuk menambah keindahan motif ini biasanya diantara garis-garis tersebut dihiasi dengan motif api, yang berarti kesaktian dan ambisi. Motif setengah kawung menggambarkan sesuatu yang berguna. Motif banji sawat, melambangkan kebahagiaan dan kesuburan. Motif mlinjon, melambangkan salah satu unsur kehidupan. Motif tritis, melambangkan adanya ketabahan hati. Motif ada-ada, melambangkan adanya perkasa. Motif untu walang, melambangkan adanya kesinambungan.
Bagi orang Jawa khususnya orang desa, saat hujan rintik-rintik merupakan suasana yang berbeda dari yang biasanya. Warga memanfaatkan momen ini untuk kumpul-kumpul keluarga, tetangga, berbincang-bincang membahas kehidupan. Setiap kali berkumpul pasti ada sesuatu yang baru yaitu mencul inisiatif, dan lain sebagainya.
Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, dulunya batik ini termasuk ke dalam batik larangan. Motif ini termasuk yang hanya diperkenankan dipakai oleh keluarga kerajaan. Namun dengan berjalannya waktu, motif ini bisa dipakai oleh siapa saja. Batik motif udan liris tercipta pada peristiwa di saat Pakubuwono III menjalani Laku Teteki, yang disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan menjalani laku kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada di desa Laweyan dan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai Ageng Henis. Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup, suasana inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan batik motif udan liris. Motif udan liris tercipta pada saat pertengahan abad XVIII.
Motif udan liris mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.
Pasangan suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang mendapat cobaan tergoda oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari solusi dan mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
Di Pekalongan, batik motif udan liris merupakan salah satu motif busana daerah Wonopringgo. Batik motif udan liris mengajarkan kepada generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
Dalam hal ini motif batik udan liris juga bisa diartikan sebagai pengharapan agar si pemakai dapat selamat sejahtera, tabah, berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa.
Udan liris berarti hujan gerimis, merupakan simbol kesuburan.
Batik motif udan liris ini juga diartikan hujan gerimis atau hujan rintik-rintik, merupakan simbol kesuburan, kesejahteraan, dan rahmat dari Tuhan. Untuk menambah keindahan motif ini biasanya diantara garis-garis tersebut dihiasi dengan motif api, yang berarti kesaktian dan ambisi. Motif setengah kawung menggambarkan sesuatu yang berguna. Motif banji sawat, melambangkan kebahagiaan dan kesuburan. Motif mlinjon, melambangkan salah satu unsur kehidupan. Motif tritis, melambangkan adanya ketabahan hati. Motif ada-ada, melambangkan adanya perkasa. Motif untu walang, melambangkan adanya kesinambungan.
Bagi orang Jawa khususnya orang desa, saat hujan rintik-rintik merupakan suasana yang berbeda dari yang biasanya. Warga memanfaatkan momen ini untuk kumpul-kumpul keluarga, tetangga, berbincang-bincang membahas kehidupan. Setiap kali berkumpul pasti ada sesuatu yang baru yaitu mencul inisiatif, dan lain sebagainya.
Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, dulunya batik ini termasuk ke dalam batik larangan. Motif ini termasuk yang hanya diperkenankan dipakai oleh keluarga kerajaan. Namun dengan berjalannya waktu, motif ini bisa dipakai oleh siapa saja. Batik motif udan liris tercipta pada peristiwa di saat Pakubuwono III menjalani Laku Teteki, yang disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan menjalani laku kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada di desa Laweyan dan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai Ageng Henis. Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup, suasana inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan batik motif udan liris. Motif udan liris tercipta pada saat pertengahan abad XVIII.
Motif udan liris mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.
Pasangan suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang mendapat cobaan tergoda oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari solusi dan mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
Di Pekalongan, batik motif udan liris merupakan salah satu motif busana daerah Wonopringgo. Batik motif udan liris mengajarkan kepada generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
Dalam hal ini motif batik udan liris juga bisa diartikan sebagai pengharapan agar si pemakai dapat selamat sejahtera, tabah, berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa.
12.Wirasat Delimo
13.Wirasat Buntel
Pada motif ini makna yang terkandung sama dengan motif wirasat pada khususnya.Pada wirasat buntel terdapat motif truntum,cakar,sidomukti dan sidoluhur.Batik ini pun umum dipakai pada saat acara pernikahan karena bermakna kehidupan yang lebih baik secara kedudukan/strata,terus mengharapkan peningkatan dalam rejeki/kekayaan dan berkah melimpah
14.Kantil
Kantil adalah bunga cempaka dalam bahasa jawa.Bunga khas Indonesia ini sering di gunakan dalam ritual adat baik dari kelahiran sampai kematian.Bunga ini menebarkan aroma wangi yang khas,tidak heran sering digunakan sebagai pelengkap upacara pengantin atau hiasan rambut selain melati dan mawar.
Batik bunga kantil/cempaka bisa diartikan dalam beberapa kategori bagi si pemakainya antara lain kesucian,bertahan akan iman yang kuat,memegang teguh kepercayaan dan kesalehan yang teguh.
Kantil adalah bunga cempaka dalam bahasa jawa.Bunga khas Indonesia ini sering di gunakan dalam ritual adat baik dari kelahiran sampai kematian.Bunga ini menebarkan aroma wangi yang khas,tidak heran sering digunakan sebagai pelengkap upacara pengantin atau hiasan rambut selain melati dan mawar.
Batik bunga kantil/cempaka bisa diartikan dalam beberapa kategori bagi si pemakainya antara lain kesucian,bertahan akan iman yang kuat,memegang teguh kepercayaan dan kesalehan yang teguh.
15.Babon Angrem
Motif Batik Babon Angrem |
Batik Babon Angrem ini termasuk “semenan” dari kata “semi”, maksud dari nama
“babon-angrem” adalah ayam betina yang sedang mengerami telur. Batik ini
digunakan pada saat upacara tujuh bulanan pada ibu hamil, yang
melambangkan kasih sayang dan kesabaran seorang ibu agar sifat tersebut
dapat menurun atau ditiru oleh anaknya kelak. Motif tersebut
melambangkan bahwa seorang wanita yang sedang mengandung hendaknya
memiliki rasa kasih sayang dan kesabaran, agar sifat tersebut dapat
diwarisi oleh si anak kelak jika telah lahir. Sedangkan makna kultural
dari batik ini adalah permohonan keturunan
sebagai penyambung sejarah. Karena seekor ayam jika sedang mengerami telurnya membutuhkan hari yang cukup lama agar telurnya dapat menetas dengan sempurna.
Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna. Isen yang terdapat pada batik babon angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan. Batik ini termasuk semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak.Batik babon angrem ini tergolong batik tengahan artinya berkembang pada pertengahan abad XVIII.
sebagai penyambung sejarah. Karena seekor ayam jika sedang mengerami telurnya membutuhkan hari yang cukup lama agar telurnya dapat menetas dengan sempurna.
Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna. Isen yang terdapat pada batik babon angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan. Batik ini termasuk semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak.Batik babon angrem ini tergolong batik tengahan artinya berkembang pada pertengahan abad XVIII.
16.Satrio Wibowo
Batik ini lebih dikenal sebagai batik ke-bangsawanan dikarenakan arti dari batik itu sendiri "Satrio Wibowo",satria berwibawa.Batik ini melambangkan kemewahan bangsawan,tenar,kekuasaan,dan mempunyai kekuatan magis yang terkandung di dalamnya.
Kharisma yang mengesankan ini terpancar dari bentuk ceplokan bunga yang terdapat pada kain tersebut dan biasanya digunakan pada event khusus kesultanan Jawa.
Batik ini lebih dikenal sebagai batik ke-bangsawanan dikarenakan arti dari batik itu sendiri "Satrio Wibowo",satria berwibawa.Batik ini melambangkan kemewahan bangsawan,tenar,kekuasaan,dan mempunyai kekuatan magis yang terkandung di dalamnya.
Kharisma yang mengesankan ini terpancar dari bentuk ceplokan bunga yang terdapat pada kain tersebut dan biasanya digunakan pada event khusus kesultanan Jawa.
17.Truntum
Menurut sejarah, batik motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III dari Surakarta Hadiningrat) bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum).
Bisa dikatakan, jika motif truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.
Batik Motif Truntum
Cerita lain menyebutkan, proses penciptaan motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, anak dari seorang abdi dalem bernama Mbok Wirareja. Kanjeng Ratu Beruk atau Kanjeng Ratu Kencana ini adalah isteri dari Paku Buwono III (bertahta dari 1749–1788 M) tetapi berstatus garwa ampil (selir), bukan permaisuri kerajaan. Persoalan status ini menjadikan Kanjeng Ratu Beruk selalu gundah. Ia mendamba jadi permaisuri kerajaan, sebuah status yang begitu dihormati dan dipuja orang sejagad keraton. Tetapi lebih dari semua itu, Kanjeng Ratu Beruk ingin selalu berada di samping sang raja agar malam-malam sunyi tidak ia lewati sendirian.
Pada suatu malam, perhatian Kanjeng Ratu Beruk tertuju pada indahnya bunga tanjung yang jatuh berguguran di halaman keraton yang berpasir pantai. Seketika itu juga ia mencanting motif truntum dengan latar ireng (hitam). Hal tersebut merupakan refleksi dari sebuah harapan. Walaupun langit malam tiada bulan, masih ada bintang sebagai penerang. Selalu ada kemudahan di setiap kesulitan, sekecil apa pun kesempatan, ia tetap bernama kesempatan.
Batik Motif Truntum
Motifnya sederhana seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil, sepeti kuntum bunga melati, atau seperti bintang yang bertaburan di langit. Batik motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Terkandung makna “ing ngarsa sung tuladha”, orang tua sudah lulus dari ujian cinta kasih, hingga layak dan wajib menuntun kedua mempelai memasuki kehidupan baru. Orang tua mempelai berharap agar cinta kasih yang tumaruntum tersebut akan tumurun kepada mempelai kebanggaannya, perwujudan sikap “tut wuri handayani”. Sebuah rangkaian keteladanan dan doa pengharapan tersimbulkan melalui motif truntum.
Batik Motif Truntum
Motif truntum juga mengandung makna tumbuh dan berkembang. Demikianlah, orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yang akan dapat menggantikan generasi sebelumnya. Generasi baru itulah yang akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yang baru menikah untuk meneruskan segala harapan dan cita-cita keluarga sekaligus sebagai generasi penerus secara biologis yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru.
Batik Motif Truntum
18.Parang Kesuma
Motif Batik Parang Kusuma, bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma).Bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup yang sempurna lahir batin.
Mereka akan rnengusahakan banyak hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Di zaman yang serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik
19.Cakar
Seperti halnya motif batik yang lain, motif nitik juga mempunyai arti filosofis. Contohnya, nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat perkawinan ini diberi nama demikian karena pada bagian motifnya terdapat ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini digunakan untuk mengais tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan.
Motif nitik cakar dikenakan pada upacara adat perkawinan, dimaksudkan agar pasangan yang menikah dapat mencari nafkah dengan halal, sepandai ayam mencari makan dengan cakarnya. Nitik cakar dapat berdiri sendiri sebagai motif dan satu kain atau sebagai bagian dari motif kain tertentu, seperti motif wirasat atau sido drajat, yang juga sering digunakan dalam upacara adat perkawinan. Setiap motif batik memiliki makna filosofis. Makna-makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Hingga sekarang nilai-nilai tersebut masih bertahan.
20.Cakar Garuda/Gurda/Gurdo
Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor.
Motif batik gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu dan dijadikan sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat Jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.
Seperti halnya motif batik yang lain, motif nitik juga mempunyai arti filosofis. Contohnya, nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat perkawinan ini diberi nama demikian karena pada bagian motifnya terdapat ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini digunakan untuk mengais tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan.
Motif nitik cakar dikenakan pada upacara adat perkawinan, dimaksudkan agar pasangan yang menikah dapat mencari nafkah dengan halal, sepandai ayam mencari makan dengan cakarnya. Nitik cakar dapat berdiri sendiri sebagai motif dan satu kain atau sebagai bagian dari motif kain tertentu, seperti motif wirasat atau sido drajat, yang juga sering digunakan dalam upacara adat perkawinan. Setiap motif batik memiliki makna filosofis. Makna-makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Hingga sekarang nilai-nilai tersebut masih bertahan.
20.Cakar Garuda/Gurda/Gurdo
Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor.
Motif batik gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu dan dijadikan sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat Jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.
21.Semen Rama
Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran
dari “kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur).
Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang
pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti
tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat.
Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan mega mendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan mega mendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
Selain makna tersebut motif Semen Rama (dibaca Semen Romo) sendiri seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Hastha Brata atau ajaran keutamaanmelalui delapan jalan.Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Jadi “Semen Romo” mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin rakyat.
22.Sidomulyo
Pola batik di Jawa mempunyai arti yang sakral untuk berbagai upacara, dari mitoni, kelahiran, memasuki usia dewasa, perkawinan sampai kematian.
Batik untuk upacara mitoni diperlukan enam macam kain batik dan satu macam kain lurik. Batik ini digunakan setelah upacara siraman yang mengawali upacara mitoni (tujuh bulan usia bayi dalam kandungan). Artinya, batik digunakan ketika anak manusia masih dalam kandungan. Calon ibu berganti busana sebanyak tujuh kali dengan pola batik berbeda. Antara lain Sido mulyo, Sido asih, Sido mukti, Sido luhur, Sido dadi.
23.Sido Asih
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Makna dari motif Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.
24. Sido mukti
Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat.
Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan.
Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.
25.Sido Luhur
Motif Batik Sido Luhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang bertujuan untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya segala kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya.
Pola batik di Jawa mempunyai arti yang sakral untuk berbagai upacara, dari mitoni, kelahiran, memasuki usia dewasa, perkawinan sampai kematian.
Batik untuk upacara mitoni diperlukan enam macam kain batik dan satu macam kain lurik. Batik ini digunakan setelah upacara siraman yang mengawali upacara mitoni (tujuh bulan usia bayi dalam kandungan). Artinya, batik digunakan ketika anak manusia masih dalam kandungan. Calon ibu berganti busana sebanyak tujuh kali dengan pola batik berbeda. Antara lain Sido mulyo, Sido asih, Sido mukti, Sido luhur, Sido dadi.
23.Sido Asih
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Makna dari motif Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.
24. Sido mukti
Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat.
Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan.
Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.
25.Sido Luhur
Motif Batik Sido Luhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang bertujuan untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya segala kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya.
Keluhuran materi sebaiknya
diperoleh dengan cara yang benar, halal, dan sah tanpa melakukan
kecurangan atau perbuatan yang tercela, seperti korupsi, merampok,
mencuri, dan sebagainya. Sebab walaupun merasa cukup atau bahkan
berlebihan secara materi, jika harta materi itu diperoleh secara tidak
benar, keluhuran materi belum bisa tercapai.
Keluhuran materi akan lebih
bermakna lagi bila harta yang dimiliki itu bermanfaat bagi orang lain
dan bisa diberikan dalam berbagai bentuk, seperti sumbangan, donasi,
hibah, dan sebagainya. Artinya, sejak dulu masyarakat Indonesia sudah
terbiasa saling menolong.
Sementara keluhuran budi, ucapan,
dan tindakan adalah bentuk keluhuran nonmateri. Orang yang bisa
dipercaya oleh orang lain atau perkataannya sangat bermanfaat kepada
orang lain tentu akan lebih baik daripada orang yang perkataannya tidak
bisa dipegang dan tidak dipercaya orang lain.
Orang yang bisa dipercaya oleh
orang lain adalah suatu bentuk keluhuran nonmateri. Orang Jawa sangat
berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai
keluhuran. Semua ini tidak lepas dari falsafah hidup orang Jawa, bahwa
orang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk
keluarga, kerabat, masyarakat, bahkan lingkungan, dan kepada Tuhan yang
menciptakannya
26.Sido Dadi
Sido Dadi motif batik ini melambangkan : kehendak si pemakai akan terjadi. Misalnya ingin kehidupan yang sejahtera; ingin punya kedudukan tinggi dikantor; ingin kaya dan dihormati orang dan sebagainya.
27.Sido Rukun
Sido
maknanya menjadi, rukun maknanya damai. Artinya menjadi damai. Motif
ini dipakai untuk kedua manten setelah sepasar atau 5 hari setelah upacara
pernikahan.
28.Sido Drajat
Batik sido drajad dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga memiliki nilai pendidikan tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofi, pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral di dalam masyarakat.
Ketika beranjak remaja, seseorang tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit, semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit, semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat.
Bagi orang dewasa, pemakaian batik memiliki pakem yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan di sebelah kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh melanggar kehendak suami
29. Parikesit
Mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit. Tentu usaha keras dan gesit itu tanpa harus meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bukan sebaliknya usaha keras dan gesit dengan cara kotor, pasti akan sangat dihindari. Sebab dampak yang ditimbulkan akan sangat berat dan yang jelas pasti akan menjadi bumerang bagi diri-sendiri. Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa membangun keluarga inti yang sejahtera lahir dan batin.
30.Ceplok
Motif ini merupakan modifikasi dari motif
kawung. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa, yaitu
Kejawen. Dalam ajaran Kejawen ada kekuasan yang mengatur alam semesta.
Disini Raja dianggap sebagai penjelmaan para dewa. Raja ini dikelilingi
oleh para pembantunya yaitu para bupati.
Orang jawa memaknai ini sebagai “kiblat papat kelimo pancer”. Dewa atau Tuhan sebagai pusat yang mengatur segala. Arah timur mengartikan sumber tenaga kehidupan, karena arah dimana matahari terbit. Arah barat mengartikan sumber tenaga yang berkurang, karena tempat tenggelamnya matahari. Arah selatan mengartikan puncak segalanya, dihubungkan dengan zenith. Arah utara sebagai arah kematian.
Orang jawa memaknai ini sebagai “kiblat papat kelimo pancer”. Dewa atau Tuhan sebagai pusat yang mengatur segala. Arah timur mengartikan sumber tenaga kehidupan, karena arah dimana matahari terbit. Arah barat mengartikan sumber tenaga yang berkurang, karena tempat tenggelamnya matahari. Arah selatan mengartikan puncak segalanya, dihubungkan dengan zenith. Arah utara sebagai arah kematian.
31.Kawung
Motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung.
Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisyaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna. Motif Kawung ini biasanya digunakan oleh kerabat kerajaan.
32.Sekar Jagad
Motif batik Sekar Jagad lebih kompleks dan berwarna-warni. Batik ini cocok digunakan oleh wanita yang menyukai fashion dan sentuhan colourful dalam baju yang digunakannya. Motif dasar dari batik Sekar Jagad adalah ornamen motif ini berupa aneka bunga dan tanaman yang tumbuh di seluruh dunia, tersusun di dalam bentuk-bentuk elips.
Seperti warna warninya yang ceria, batik ini memiliki filosofi kebahagiaan dan kegembiraan. Bila Anda akan melangsungkan acara syukuran atau akan diwisuda, batik motif Sekar Jagad cocok dipakai untuk mengekspresikan kebahagiaan Anda.
Begitu banyak motif batik Jawa pada khususnya dan motif batik nusantara pada umumnya.Bisa dilihat hanya beberapa saja yang dapat saya sajikan dan masih banyak rentetan lainnya.
Batik mempunyai banyak arti dan tidak hanya berhenti di satu pola atau disain tetapi melebar dan meluas sesuai dengan kultur dan budaya yang berjalan di masyarakat setempat.
Strata pun dapat dilihat dari uraian pola dimana pola tertentu hanya dapat dipakai oleh kaum bangsawan,saudagar atau rakyat pada umumnya.
Tidak kah kita bangga akan budaya yang tersirat dalam selembar kain batik.Batik yang sudah ratusan tahun bertahan dan berevolusi,akan lebih terjaga keutuhan makna dan arti nya apabila kita mau melestarikannya.
Sampai disini pemaparan batik arti dan makna,nantikan kembali pada blog selanjutnya yang akan membahas mengenai batik 3 negri Tjoa,Solo,Jawa Tengah.
Terima kasih telah mengunjungi blog ini,semoga bermanfaat
Terima kasih untuk narasumber Google,buku batik, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu,merupakan suatu kebanggaan bagi saya untuk menyampaikan informasi seputar batik ke pembaca, agar kecintaan akan batik tidak pudar.
Salam hangat,
Dave Tjoa
KUNJUNGI BLOG BERJUALAN BATIK LAWAS KAMI DI: batikantikbatiklawas.blogspot.com
Salam hangat,
Dave Tjoa
KUNJUNGI BLOG BERJUALAN BATIK LAWAS KAMI DI: batikantikbatiklawas.blogspot.com
Pa Dave, ini keren sekali. Sejak saya mendalami batik, banyak hal terkuak dan menyadari mengapa batik indonesia patut memegang predikat sebagai warisan budaya dunia. Ah, semestinya generasi muda diperkenalkan dengan banyak filosofi batik sehingga batik tidak hanya pakaian yang mereka kenakan di hari tertentu saja sehingga mereka menjadi lebih mencintai warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Pa Dave, saya ijin menggunakan beberapa informasi dari tulisan pa Dave sebagai sumber materi workshop batik untuk anak-anak ya. Blog saya: dwihastutiarief.wordpress.com Terimakasih pa Dave.
BalasHapus