Nama Batik Hokokai sendiri diambil dari nama organisasi kepemudaan propaganda bentukan Jepang, yang mengindoktrinasi pemuda-pemudi pribumi berusia di atas 14 tahun tentang konsep Asia Timur Raya.
Awalnya Kain Batik Hokokai tidak diproduksi untuk keperluan Jepang melainkan untuk orang-orang Indonesia sendiri. Batik-batik tersebut awalnya dipesan oleh orang dari lembaga Jawa Hokokai untuk orang-orang Pribumi yang dianggap berjasa dalam propaganda Jepang.
Meski lahir saat era pendudukan Jepang, namun tidak banyak pengaruh budaya Jepang ‘terekam’ dalam motif Batik Hokokai ini. Justru pengaruh budaya lain yang lebih dulu ada, seperti Cina dan Eropa lebih mempengaruhi perkembangan motif batik hokokai ini.
narasumber:rumahbatikpekalongan.com/batik-jawa-hokokai
Hermen C Veldhuisen dalam Fabric of Enchantment, Batik from the North Coast of Java, secara singkat menyebut batik Hokokai dibuat di bengkel-bengkel milik orang Indo-Eropa, Indo-Arab, dan Peranakan, yang diharuskan bekerja untuk orang-orang Jepang karena kualitas pekerjaan bengkel mereka yang sangat halus. Sedangkan kain katunnya dipasok oleh orang-orang yang ditunjuk oleh tentara pendudukan Jepang.
Ciri-ciri kain panjang pada masa ini menurut Veldhuisen adalah penuhnya motif bunga pada kain tersebut. Meskipun gaya batik ini disebut sebagai diperkenalkan oleh dan untuk Jepang, tetapi sebetulnya gaya ini sudah muncul beberapa tahun sebelumnya. Bengkel kerja milik orang Peranakan di Kudus dan Solo pada tahun 1940 sudah menggunakan motif buketan yang berulang, dengan latar belakang yang sangat padat dan disebut sebagai buketan Semarangan. Kain-kain ini dibuat untuk Peranakan kaya di Semarang.
Kain batik pagi-sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal, juga bukan merupakan ciri khas batik Hokokai, karena kain pagi-sore ada kain pagi-sore yang dibuat pada tahun 1930 di Pekalongan. Dengan kain pagi-sore, efisiensi pemakaian menjadi salah satu tujuan karena selembar kain bisa dipakai untuk dua kesempatan dengan motif berbeda. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari.
Meskipun begitu, Veldhuisen menyebutkan batik Hokokai adalah salah satu contoh gaya batik yang paling banyak berisi detail, menggabungkan ciri pagi-sore, motif terang bulan, dan tanahan Semarangan. Batik Hokokai menggunakan latar belakang yang penuh dan detail yang digabungkan dengan bunga-bungaan dalam warna-warni yang cerah. Motif terang-bulan awalnya adalah desain batik dengan motif segi tiga besar menaik secara vertikal di atas latar belakang yang sederhana.
Kupu-kupu merupakan salah satu motif hias yang menonjol selain bunga. Meskipun kupu-kupu tidak memiliki arti khusus untuk masyarakat Jepang, tetapi orang Jepang sangat menyukai kupu-kupu. Namun, kupu-kupu dianggap bukan merupakan pengaruh Jepang, melainkan pengaruh dari juragan Cina yang membuat batik di workshop mereka. Untuk orang Cina, terutama yang berada di Indonesia, kupu-kupu merupakan lambang cinta abadi seperti dalam cerita Sampek Engtay.
Motif dominan lainnya adalah bunga. Yang paling sering muncul adalah bunga sakura (cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bunga mawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrek dan teratai.
Motif hias yang sesekali muncul adalah burung, dan selalu burung merak yang merupakan lambang keindahan dan keanggunan. Motif ini dianggap berasal dari Cina dan kemudian masuk ke Jepang.
Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi dengan misalnya motif bunga padi, itu menggambarkan suasana saat itu di mana kain sangat terbatas sehingga pembatik memiliki banyak waktu untuk mengerjakan selembar kain dengan ragam hias yang padat.
Sebagian batik Hokokai ada yang menggunakan susumoyo yaitu motif yang dimulai dari salah satu pojok dan menyebar ke tepi-tepi kain tetapi tidak bersambung dengan motif serupa dari pojok yang berlawanan.
Meskipun namanya berbau Jepang dan muncul pada masa pendudukan Jepang, batik Hokokai tidak diproduksi untuk keperluan Jepang melainkan untuk orang-orang Indonesia sendiri.
Batik-batik itu awalnya dipesan oleh orang dari lembaga Jawa Hokokai untuk orang-orang Indonesia yang dianggap berjasa dalam propaganda Jepang. Kemudian batik seperti ini menjadi mode dan banyak orang Indonesia kaya yang ikut membeli batik dengan ciri tersebut.
Yang masih menimbulkan pertanyaan, meskipun pendudukan Jepang atas Indonesia dikenang sebagai masa penjajahan yang sangat pahit, tetapi mengapa kepahitan itu tidak muncul dalam ragam hias sama sekali. Justru batik Jawa Hokokai memberi kesan umum sebuah kegembiraan dengan warna yang cerah, bunga, kupu-kupu, merak. Di sini, memang masih diperlukan riset lebih jauh mengenai batik ini.
Djawa baru
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang takluk dan angkat kaki dari Indonesia, batik sebagai industri mengalami masa surut. Namun, motif-motif batik terus berkembang, mengikuti suasana. Ketika itu juga muncul istilah seperti batik nasional dan batik Jawa baru. Batik Jawa baru bisa disebut sebagai evolusi dari batik Hokokai. Pada tahun 1950-an batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik Hokokai yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen-isen-nya tidak serapat batik Hokokai.
narasumber:batik.dan.blogspot.com/2011/07/batik-jawa-hokokai
Motif batik hokokai masa kini
Batik hokokai masih di produksi pada saat ini hanya saja pengerjaannya tidak serumit di masa silam.Batik ini masih mempertahankan posisi dan ragam bentuk bunga,kupu dan sushomoyo sebagai ciri khas dasar dari batik djawa hokokai.Hokokai baru masih menggunakan pakem kain pagi sore pada khususnya.
Hanya pada beberapa batik ini tidak dilengkapi dengan 3 bagian kain seperti dulu yaitu tumpal dan kain pagi sore.Hanya satu bagian kain dengan penuh ragam corak dan warna.
Batik hokokai dalam busana dan asesoris
Batik djawa hokokai meninggalkan banyak motif ,ragam corak dan warna bagi para seniman batik.Di tengah sulitnya keadaan hidup karena masa penjajahan belum usai,para pembatik tetap dengan tekunnya mengerjakan hasil karya yang menakjubkan bagi banyak orang.
Memang banyak orang tidak mengenal motif djawa hokokai dibandingkan dengan keberadaan batik lainnya.Mungkin karena proses pembuatan batik yang rumit dan lama ,sehingga harga batik pun boleh dibilang mahal.
Hasil karya yang patut diacungkan jempol karena keindahan ragam corak dan warnanya yang mencolok dan berani .Batik djawa hokokai diharapkan dapat terus bertahan di dunia batik Indonesia mewarnai jagad nusantara dengan keindahan coraknya.
Terimakasih kepada seluruh nara sumber yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu,dan mari bersama kita lestarikan batik sebagai warisan dan budaya bangsa.
Sampai berjumpa pada blog lainnya dan tentunya masih di batik cantik warisan bangsa.
Salam hangat,
Dave Tjoa
KUNJUNGI BLOG BERJUALAN BATIK LAWAS KAMI DI: batikantikbatiklawas.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar