Jumat, 18 April 2014

jejak batik peranakan

Sehelai benang berceritera
dari bunga kapas aku dipetik dan dipintal untuk menjadi sehelai benang....seperti apakah aku menjadi kelak....akupun tidak tahu... 

dalam benak terbersit...mungkin.... sesuatu yang berguna untuk tuanku si pemakai...   

dalam perjalananku aku dipintal,dilerai dan di tenun untuk menjadi sehelai kain...

ditangan seorang ibu tua aku dibelai lembut dan ditorehkan corak nan cantik....   

melalui proses rumit lainnya aku diubah dari selembar kain putih sederhana menjadi sehelai kain yang penuh dengan goresan warna dan makna...

Ooh... ibu tua sungguh aku terheran-heran dengan bakat dan dedikasi mu yang begitu tinggi dalam merangkai sebuah karya...

terimakasih telah membuat ku...menjadi selembar kain batik nan cantik dan mempesona...

dave tjoa

batik tulis 3 negri tanpa nama circa 1940-1950


ketekunan seorang pembatik
 
Cantiknyaaa kain batik diatas...bak seorang perempuan berdandan untuk bertemu kekasihnya....begitulah respon saya setiap kali melihat indahnya batik baik batik baru maupun lawas/antik.Sungguh tidak terbayangkan begitu rumitnya pembuatan sehelai batik tulis,bermula dari mola/membuat patrun diatas kain putih,lalu cantingan untuk mengisi patrun dengan malam/lilin,nembok/melumuri malam/lilin untuk bagian yang perlu ditutupi malam agar warna tidak bercampur,dan lorot sebuah proses melunturkan malam/lilin diatas kain dengan merebus di bak/kuali besar.


peralatan dasar dalam membatik

kain primisima adalah kain bahan dasar yang akan di batik

 mola kain digambar dengan pinsil keatas kain yang akan di batik
 
cantingan/out lining pola kain

proses nembok/menutup bagian yang mau/ tidak mau diwarna dengan malam/lilin cair


Bahkan sebelum kain di pola selembar kain putih primisima harus melalui beberapa proses kimiawi terlebih dulu agar sewaktu di lakukan proses pewarnaan, warna dapat melekat/meresap dengan baik

Bisa dibayangkan proses yang tidak sedikit dan memakan waktu yang cukup panjang semua dikerjakan secara manual tanpa mesin sejak jaman dulu nenek moyang mereka menciptakan selembar kain batik.
Untuk warna dan corak yang beragam bisa memakan waktu 1bulan sampai 6 bulan bahkan lebih hanya untuk selembar kain.


 lihat ketekunan mereka dalam menciptakan batik dan memang kebanyakan dari mereka adalah warga senior dengan segudang pengalaman membatik

 
Selain kerumitan proses batik, keindahan batik pun tergantung oleh alam yaitu pada saat pengeringan batik dengan di jemur di bawah sinar matahari.Pabila cuaca tidak memungkinkan untuk pengeringan pembuat batik khawatir akan hasil akhir dari batik tulis karena warna batik akan terlihat kusam dan tidak cerah,sungguh upaya yang tidak main-main dalam proses pembuatan batik tulis


latar belakang dan lokasi

Batik yang kaya akan warna,corak dan jenis ini biasa terdapat di daerah pesisir pantai utara Jawa mulai dari Indramayu,Cirebon,Tegal,Semarang,Juwana,Rembang/Lasem,Tuban,
Madura, Surabaya serta sekitarnya.
  
Berdasarkan sejarahnya,daerah pesisiran lebih banyak disinggahi kapal-kapal para saudagar yang merapat di pelabuhan besar kota.Lasem,Cirebon,Semarang terkenal dengan pelabuhan besar dimasa itu.Para saudagar Arab,India,Tiongkok dan Belanda datangan untuk berdagangan, memperkenalkan religi dan bertukar informasi budaya kepada masyarakat sekitar.Sehingga daerah peisisir pantai utara Jawa berkembang pesat dan menjadi sentra-sentra bisnis rakyat dengan berbagai etnis bangsa.

Salah satunya yang berdampak langsung  dengan para pendatang adalah industri batik yang sudah ada sejak lama sebelum mereka datang.

Batik peranakan pun mulai bermunculan dan diperkirakan sejak tahun 1800-an sampai 1900-an.


batik peranakan

Batik peranakan tidak terpisahkan dari kultur etnis Tionghoa,Arab,Belanda,India dan Jepang yang tinggal di kota sepanjang pesisir pantai utara Jawa.Dalam sejarah panjangnya batik jawa berasimilasi dengan disain para pendatang sehingga tercipta corak ragam yang kaya akan warna dan makna.

Apa sih peranakan itu...peranakan adalah warga pendatang dari etnis lain di satu negara yang kemudian menetap di wilayah tersebut dan beranak-cucu/terlahir di negara tersebut.Dalam kehidupan sehari-harinya mereka tetap menjaga kultur dan budaya nenek moyang mereka walaupun sudah lama menetap.Menariknya dari peranakan pada masa itu,mereka memakai kain batik/sarung dan kebaya putih  layaknya penduduk asli setempat.

Peranakan lebih sering dikaitkan dengan etnis Tionghoa pada umumnya,tapi ternyata tidak juga loo....etnis Belanda pun ternyata menyandang peranakan juga.

Terlihat jelas bahwa peranakan Belanda dan Tionghoa menggunakan batik dan kebaya sebagai pakaian sehari-hari mereka

peranakan Belanda dengan kebaya





peranakan Tionghoa dengan kebaya 






Sentra batik yang terkenal pada masa itu adalah Pekalongan,Lasem dan Solo yang banyak melahirkan seniman/maestro batik tulis dengan ragam bentuk corak dan warna

Walaupun di kota pesisir lainnya batik terus mengalami perkembang,tetapi 3 kota diatas lebih dominan dalam menghasilkan batik cantik dengan motif detail dan warna yang tergolong berani alias memukau mata.

Pembatik Belanda pertama bermula dari Carolina Josephine von Franquemont 1840 yang hijrah dari Surabaya ke Semarang dengan keunggulannya warna "Hijau Prankemon" warna natural hijau pekat yang tidak mudah luntur,yang menjadi kelebihannya,disamping itu enterpreneurs lainnya adalah Catherine Caroline van Oosterom,B.Fisfer,S.W.Ferns,Scharff von Dop,L.Metzelaar,Elisa van Zuylen,A.F.Jans,Willer dan Jacqueline van Ardenne

Pekalongan
Dari nama diatas yang terkenal akan hasil karyanya adalah L.Metzelaar dan Elisa van Zuylen

Detail yang terkandung didalamnya banyak menampilkan artikel seperti pohon bunga,buket bunga,burung bangau,burung kecil,kupu-kupu dan detail lokal lainnya.Warnanya pun cenderung terang cerah sesuai dengan cita rasa eropa.

L.Metzelaar selain batik bernuansa bunga juga dikenal dengan karyanya yang bertemakan dongeng eropa seperti si tudung merah (red riding hood),cinderella,sleeping beauty,hansel & gretel

L.Metzelaar Red Riding Hood circa.1910-1940

L.Metzelaar Hansel & Gretel circa.1910-1940


Elisa van Zuylen dalam karya-karyanya banyak didominasidengan tanaman bunga/buketan bunga (rangkaian bunga memanjang)dengan beragam jenis seperti mawar,lili,airis.daffodil,anggrek dan melati


E.v.Zuylen buketan bunga circa.1915

E.v.Zuylen burung merak circa.1910


 tanda tangan diatas kain sebagai identitas

Maestro batik Pekalongan lainnya adalah peranakan Tionghoa yaitu Oey Soe Tjoen,Phoa Tjong Ling,The Tie Sit yang hasil karyanya banyak diminati berbagai kalangan

Jenis dari bunga dan artikel lainnya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan peranakan Belanda,hanya pada batik peranakan Tionghoa lebih banyak dijumpai bunga seruni yang mempunyai arti keanggunan dan kesejahteraan di usia senja,burung hong yang artinya ratu dari segala burung yang menampilkan keanggunan,kelembutan dan sifat yin.Bahkan di Jawa sendiripun pada masa silam motif ini dianggap sebagai penolak bala.Ikan yang melambangkan kemakmuran berlimpah dan lainnya.

Batik peranakan Tionghoa lebih sarat akan makna dan arti,tidak lain karena  kepercayaan,tradisi dan cerita leluhur mereka turun temurun dan itu semua dituangkan dalam batik peranakan.Bagi mereka yang penting adalah mengharapkan yang terbaik bagi si pemakai.
 

 batik pagi sore biasa digunakan untuk 2 waktu yang berbeda dalam 1 hari circa 1930

 ciri khas dari identitas batik Oey Soe Tjoen

batik karya The Tie Siet circa 1930-1940




batik karya Phoa Tjong Ling circa 1930-1945






Masih ada sederet nama lainnya yang tidak bisa dirinci satu persatu seperti Lie Boen Ien,Na Swan Hien dan lainnya yang hasil karyanya juga menarik.

Daerah Pekalongan yang terkenal dengan batik peranakan halus dan rumit berada di daerah Kedungwuni,sampai sekarang generasi Oey Soe Tjoen masih mempertahankan tradisi membatik yang diwariskan dari leluhur mereka.


Lasem
Lasem (Rembang) merupakan kota pesisir yang banyak dihuni etnis peranakan Tionghoa dimana leluhur mereka sudah menapakan kaki sejak abad ke XIV untuk berdagang.Batik Lasem terkenal dengan warna merah darah ayamnya/merah lasem/abang getih pithik.Warna ini tidak terdapat di kota manapun kecuali hanya di Lasem.
 


Ciri lain yang terdapat pada batik lasem adalah motif pasung/pucuk rebung/tumpal pada kepala kain walaupun di kota lain tumpal kain diisi dengan motif buketan bunga/burung, tetapi Lasem tetap mempertahankan motif aslinya.



Memang sepertinya tidak terlihat sosok pembatik yang signifikan dibanding dengan Pekalongan, tetapi hasil karya pembatik Lasem tidak kalah cantiknya dengan batik lain.Bisa anda bandingkan sendiri meskipun sampai saat ini batik lasem terkenal dengan detail dan keruwetan dari corak ragam dan warna




Pengaruh peranakan Tionghoa bisa dilihat dalam batik Lasem,banyak karakter seperti motif Lokcan burung hong,kilin,liong dan tulisan keberuntungan mewarnai batik ini.




Selembar batik lasem penuh dengan torehan corak dan bisa dibilang tidak ada ruang kosong...menakjubkan.


Solo 
Kota ini sudah memiliki peradaban batik yang cukup panjang semenjak  kerajaan Mataram .Batik sudah menjadi pakaian resmi kerajaan  yang pasti dengan motif tertentu dari kerajaan.Motif ini tidak boleh beredar diluar kerajaan (larangan) jadi hanya keluarga kerajaan saja yang bisa memakainya .

 Paku Buwono IX

 Paku Buwono X


 Paku Buwono XII

 Paku Buwono XIII

Lihat ada kesamaan bentuk dari alur dan corak kain batik yang dipakai yaitu jenis "parang rusak" yang menjadi simbol batik kerajaan.

Pembatik peranakan Solo adalah Tjoa Giok Tjiam yang terkenal dengan batik 3 negri-nya di era awal abad 19.Banyak orang bertanya apa yang membedakan 3 negri dengan batik lain dan mengapa disebut 3 negri apa karena sampai keluar negrikah.



Ternyata jawabnya ada pada proses pembatikan itu sendiri.Pada masa itu beberapa warna hanya terdapat di daerah tertentu contoh Solo dengan warna sogan (kuning kecoklatan) Pekalongan dengan warna indigo (biru) dan Lasem dengan warna merahnya (merah darah ayam).Semua bahan dibuat dari pewarnaan alam dan bukan sintetis.

 warna alam

1. Indigo (Indigofera tinctoria) tanaman perdu yang menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daun/ranting.
2. Kelapa (Cocos nucifera) bagian yang dijadikan bahan pewarna adalah kulit luar buah yang berserabut (sabut kelapa). Warna yang dihasilkan adalah krem kecoklatan.
3. Teh (Camelia sinensis) bagian yang diolah menjadi pewarna adalah daun yang telah tua, dan warna yang dihasilkan adalah cokelat.
4. Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) jenis tanaman keras yang diambil bagian kayu, untuk menghasilkan warna merah. Warna merah adalah hasil oksidasi, setelah sebelumnya dalam pencelupan berwarna kuning.
5. Kunyit (Curcuma domestica val) Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang, umbi akar, yang menghasilkan warna kuning.
6. Bawang Merah (Allium ascalonicium L) Bagian bawang merah yang digunakan sebagai bahan pewarna adalah kulit dan menghasilkan warna jingga kecoklatan.

Masing-masing daerah tersebut mempunyai keistimewaan dalam pewarnaan yang tidak terdapat di daerah lainnya. Faktor alam lain yang mendukung yaitu air setempat mengandung unsur yang membuat warna menjadi cerah.

Oleh karena itu batik 3 negri yang berarti batik yang di proses di 3 kota yang berbeda.Bisa dibayangkan betapa sulit proses yang harus dilewati dengan ongkos perjalanan yang tidak sedikit pula.

Lasem sendiri mempunyai corak 3 negri,hanya saja 3 negri Solo buatan Tjoa lebih luas dipasarkannya,selain Jawa tengah juga menyebar sampai pelosok Jawa.

Sebuah keluarga pembuat batik di Indonesia yang menjadi legenda saat ini di dunia pembatikan secara turun temurun sejak tahun 1910 di Solo

Susunan Silsilah Tjoa Giok Tjiam

Tjoa Giok Tjiam, pionir dari keluarga Tjoa yang membuat batik, lalu menurunkan ke anak - anaknya yaitu Tjoa Tjoen Kiat dan Tjoa Tjoen Tiang. kemudian Tjoa Tjoen Kiat menurunkannya kepada ketiga anaknya, Tjoa Siang Gwan, Tjoa Tjing Nio ( memakai nama suaminya Sie Djien Soen ), TjoaSiang Swie.
Kemudian anak dari Tjoa Tjoen Tiang hanya Tjoa Siang Hing yang membuat batik.





 








Kain 3 negri bermotifkan bunga dan hewan pada umumnya,selain kain panjang dengan motif buketan pagi/sore ada juga kain panjang dengan tumpal/kepala (seperti Lasem).Pewarnaan diawal pembuatan hanya 3 warna sesuai dengan sebutan 3 negri yaitu coklat,merah dan biru.

Motif dari 3 negri Tjoa mengalami perubahan mengikuti zaman diawali dengan penggunaan bahan pewarna alami sampai di tahun 1950-an mulai beralih ke pewarna sintetis.

Ada satu masa yaitu dimana warna unggu sangatlah susah didapat tetapi Tjoa bisa menampilkan warna unggu yang cantik dan memang jumlahnya hanya terbatas



Seiring dengan berjalannya waktu,produksi batik 3 negri tidak lagi di 3 kota, melainkan di Solo setelah mereka menemukan ciri khas warna mereka.


Batik peranakan bertahan

Batik peranakan adalah bukti dari sebuah sejarah perjalanan waktu.Melewati masa manis dan getir  kolonial Belanda hingga penjajahan Jepang,batik  peranakan tetap bertahan. Kini penerus batik peranakan pesisir hanya tinggal segelintir saja dan masih bertahan hingga saat ini.Ditengah lajunya industri modern, memang terasa menghimpit batik tulis peranakan tradisionil untuk bersaing.

Laju perekonomian yang begitu pesat mendorong para generasi baru pembatikpun untuk beralih ke motif yang lebih sederhana dan cepat produksi.Batik print/sablon/cap menjadi peluang usaha yang menjanjikan,disamping harga yang lebih murah ,pengerjaanpun lebih cepat dibanding tulis,sehingga dapat menekan biaya kerja.Untung saja di beberapa tempat mereka masih mempertahankan pakem dan corak lawas agar tidak punah.

pengerjaan batik print/sablon


peralatan dan pengerjaan batik cap



Sangat disayangkan jika dalam kurun waktu yang tidak lama, batik tulis peranakan/tulis halus lainnya akan semakin sulit didapat.Pada saat inipun kebanyakan dari para pembatik adalah para senior yang sudah lanjut usia (contoh diawal cerita).Dimanakah generasi selanjutnya........


Batik peranakan sekarang

Batik tidak akan punah kalau kita pandai melestarikannya.Beruntung batik peranakan mengikuti perkembangan zaman.Batik peranakan atau lebih dikenal batik encim bisa dijadikan busana sehari-hari yang up-to-date sehingga dapat digunakan sebagai busana kerja dan santai.Di tangan kreatif ,batik peranakan ini disulap menjadi pakaian siap pakai.







Batik dan kebaya peranakan pun cocok dipakai untuk acara resmi dan tidak terkesan kuno.Justru sesuatu yang etnik dan terkesan vintage semakin banyak disukai orang.Kalaupun tidak ada kain batik tulis peranakan lawas yang baru pun tidak lah kalah menariknya.







Keindahan batik tidak hanya pada batik tua/lawas,batik baru-pun memiliki keindahan yang luar biasa.Saya suka akan karya batik sekarang walaupun boleh dibilang pengerjaannya tidak serumit batik tua,ya...... maklum karena kalau mengikuti tradisi lama mungkin kita tidak akan sanggup membeli batik peranakan  karena mahalnya biaya produksi.

Berkreasi dengan batik,bermain dengan batik dan hargailah batik niscaya batik peranakan maupun batik lainnya akan selalu ada di sekeliling kita.Menebar pesona dengan keindahan ragam dan coraknya,memukau mata yang melihatnya.


Dalam blog ini saya membahas batik peranakan secara gamblang agar pemabaca dapat menelusuri jejak batik peranakan.Saya tidak membahas detail mengenai arti dan makna kain batik peranakan,mungkin di blog selanjutnya akan saya urai lebih jauh mengenai batik dan arti.

Andapun dapat mengunjungi dan menyusuri jejak batik peranakan di musium kain seperti di daerah kota tua Jakarta,musium batik Pekalongan dan musium batik Solo yang banyak menyimpan batik masa lalu yang bisa dinikmati para pecinta batik dan menambah pengetahuan seputar batik.


Begitu banyak sumber untuk ide penulisan blog jejak batik peranakan yang tidak dapat kami sebutkan  satu persatu selain terima kasih yang tak terkira untuk narasumber dan informasi yang berkaitan dengan tulisan diatas.

Keunggulan dan identitas bangsa bisa dinilai dari tingginya nilai budaya yang diwariskan.Bersama kita melestarikan batik untuk masa depan dan kejayaan bangsa di mata dunia.

Sampai bertemu di blog selanjutnya dan pastinya masih seputar kain batik Indonesia.

Salam hangat,

Dave Tjoa

KUNJUNGI BLOG BERJUALAN BATIK LAWAS KAMI DI: batikantikbatiklawas.blogspot.com

































































































































































1 komentar:

  1. Thanks David. Tulisan anda sangat membantu, saya berencana mau meneliti batik peranakan untuk bahan thesis saya. terkusus yang di daerah pekalongan.

    BalasHapus